Merapu ajer

Entah mengapa sejak 2 menjak ni aku semacam malas untuk mengupdate blog ini mungkin kuman-kuman malas telah menyerangku tanpa belas kasihan.

Sepetang aku melewati kedai buku terpandang pula majalah Tunas Cipta. "eh majalah dah terbit." Lalu aku teringat aku ada hantar karya ke majalah ini. Lalu tanpa berfikir panjang aku pun membeli majalah ini.

selak punya selak terpampang karya aku. Al-Hamdulillah.

TAUBAT

Di kala embun meniti di bumi
Ada hati yang kian beku
Akan tulus Kasihnya pada semua
Leka menguliti mimpi yang sementara

Diri itu jiwa yang tersiksa
lelorong yang kian kosong
Mencarik-carik tangkai hati
Bersanggulkan dusta dan nisa

Redup awanan rahmat yang memayungi
Bagaikan menyiram i hujan kauthar
Pada rangkai nyawa yang tandus
Kekeringan di danau iman yang kian kontang

Di saat helaian nyawa yang kian runcing
Mencucuk tempurung insaf
Sejalur cahaya keesaan menerobosi
Dan saat itulah rindu taubat pun bertaut
Dan itulah rumpun bernama manusia
Bilamana maut menjemput
Nescaya ia akan mengenal warna sejadah
Dan ribuan butir tasbih


Sebenarnya puisi ini aku tujukan khas buat semua yang mengakui diri adalah insan yang terbaik. Kerana mengingati mati itu adakalanya lebih baik.