Lantas pustaka fikirku menebarkan jejaring kenangan. Memaksa detik itu kembali menguliti akal dan fikir. Aku terkesima seketika pada melaungkan kalimah bersaksi itu. Mana mungkin bisa aku melupai detik-detik waktu terdahulu yang sering melambai aku untuk singgah menjenguknya. Pada kelahiran ini aku bagaikan tersadung akar-akar zaman yang mengheret aku ke tanah alpa tanpa sedar....
lihatlah dunia masih ada yang menangisi kelaparan sewaktu kita menangisi curahan nikmat yang berkunjung datang. Masihkah kita dilekakan atau sememangnya diari hidup kita sentiasa bergitu. Bibir mengungkap kalimah suci sedang hati bercakaran. Lalu lembut bayu membisikan kata-kata hati :
Awalan Subuh Menghitung
Waktu hari yang menguntung
Aku yang tertinggal
Saksi bisu tanpa kata
Putih ketayap yang dirasai
memakai akan diri hakikatnya
masih jua jalanan keliru
Aku.....atau.......Siapa
Ah.....siapakah sang suara itu
Berlagu sumbang tanpa undang
Bercerminan warna usia
Retakya jangan relai
Mengungkap makna kata
tanpa bicara
Tanah ini kian gersang
merindui hujan rahmat bercurah
Ada kasih yang menanti
pinta pupukan rindu yang bertaut
Waktu hari yang menguntung
Aku yang tertinggal
Saksi bisu tanpa kata
Putih ketayap yang dirasai
memakai akan diri hakikatnya
masih jua jalanan keliru
Aku.....atau.......Siapa
Ah.....siapakah sang suara itu
Berlagu sumbang tanpa undang
Bercerminan warna usia
Retakya jangan relai
Mengungkap makna kata
tanpa bicara
Tanah ini kian gersang
merindui hujan rahmat bercurah
Ada kasih yang menanti
pinta pupukan rindu yang bertaut
3 Ulasan:
tumpang lalu
salam maal hijrah
Selamat tahun baru,
Anda pandai menyusun kata2.
Saya, bila melihat gambar antri ini rasa seronok kerana kemeriahan korban di Malaysia.
Post a Comment